KUNJUNGAN BANK INDONESIA KE UMKM PURBALINGGA

Kunjungan Bank Indonesia ke UMKM Purbalingga
Kunjungan Ke UMKM Kelompok Usaha Olahan Nanas Kertaraharja

Sobat Dunia Usaha hari ini Rabu, 12 Juni 2024. Bank Indonesia Purwokerto melakukan kunjungan kepada 3 (tiga) kelompok usaha di Kabupaten Purbalingga yaitu kelompok usaha olahan buah nanas Kerta Raharja Desa Siwarak Kecamatan Karangreja, Koperasi Produsen Lira Perwira dan Koperasi Produsen Bulu Mata Palsu. Dalam monitoring tersebut Tim BI yang terdiri dari dua orang yaitu Yuni Isroyati dan Intan Nawangsari Sutarto, didampingi Kabid UMKM Purbalingga  Umi Nurnaningsih, M.Si. Monitoring tersebut adalah tindak lanjut dari usulan kelomopk usaha/Koperasi produsen potensi yang diminta oleh Bank Indonesia Purwokerto pada awal tahun 2024.

Kunjungan Bank Indonesia Ke Kelompok Usaha Olahan Nanas Kerta Raharja

Kelompok Usaha Olahan Nanas Kerta Raharja tepatnya di Dukuh Mrete Rt. 03 RW 10. Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga menjadi kunjungan tim BI Purwokerto yang pertama. Dalam kunjungannya tersebut tim BI menanyakan beberapa hal terkait kegiatan dan perjalanan usahanya.

Tempat Produksi Kelompok Usaha Olahan Nanas Kerta Raharja

Dijelaskan oleh Ngudiono pengurus kelompok usaha tersebut dan Produsen olahan nanas dengan merek NanasQ, bahwa usaha olahan nanas memiliki pasar yang sangat luar biasa dan dampak untuk lingkungan juga luar biasa karena Desa Siwarak khususnya saat ini sudah menjadi komoditinya buah nanas di Purbalingga belum lagi di daerah lain juga sudah banyak yang membudidayakannya. Dari potensi tersebut disayangkan sekali jika pengembangan diproduksinya mengalami hambatan yang akhirnya sebagian besar buah nanas sekarang dijual ke luar kota. Jika ini dibiarkan bisa jadi petani buah nanas akan beralih tanaman yang lain, karena jika dibeli tengkulak untuk keperluan pasar luar kota selisih harganya lumayan yaitu bisa sampai Rp. 700/buah bahkan bisa sampai Rp. 500 jika belinya diborong satu lahan. Akan tetapi jika pembelinya produsen olahan nanas harga terendah saat ini adalah Rp. 1000 sampai dengan Rp. 8000 sesuai dengan ukurannya.

Kendala terbesar saat ini yang dialaminya adalah kemasan untuk produk koktail nanas. Disampaikan oleh ngudiono bahwa dari harga kemasan saat ini sudah mencampai Rp.500 dan pengerjaanya pun masih manual dari pemasangan stiker sampai kepengguntingan plastic. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dengan pengadaan Mesin cup sealer pengisi dan segel otomatis, karena dengan penggunaan mesin tersebut menurutnya dapat memotong pengeluaran untuk kemasan sampai 40% dan menambah kecepatan produksi. Dalam kesempatan tersebut ngudiono menyampaikan sekiranya dengan adanya kunjungan tersebut dapat memberikan solusi untuk kendala yang dialaminya.

Kunjungan Bank Indonesia Ke Koperasi Produsen Sapu (Lira Perwira)

Dalam kunjungan yang kedua, tim BI langsung ke tempat produksi sapu milik salah salah satu pengurus kopersi, hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui kegitan pembuatan sapu itu benar dan tidak main main karena dalam hal tersebut sangat berpotensi. Setelah dari tempat produksi dilanjutkan ke secretariat koperasi yang berada di JL. Raya Kajongan-Bojongsari, Desa Kajongan RT 02 RW. 06, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga untuk berdiskusi dan melakukan pendataan terkait potensi dan kendala pengembangan usahaha tersebut.

Tempat Pembuatan Sapu Kelompok Usaha Lira Perwira

Dijelaskan oleh Anwar Faizal yatu ketua koperasi Lira Perwira bahwa usaha sapu tersebut kalo ditotal pengurus, anggota serta karyawan jumlahnya ribuan, untuk produknya sendiri adalah sapu dengan bahan lidi, ijiuk dan gelagah.

Untuk permasalahan yang dihadapinya saat ini adalah bahan baku gelagah dan mesin untuk mempercepat produksi, karena dengan adanya permintaan yang cukup tinggi baik dari dalam maupun luar negeri membuat kewalahan para produsen untuk mencukupi kapasitas yang diminta. Harapan dari koperasi tersebut adalah adanya tindak lanjut kegiatan lainnya dari Bank Indonesia setelah kunjungannya yang pertama.

Kunjungan Bank Indonesia ke Koperasi Produsen Bulu Mata Palsu (Puma Bangga)

Selanjutnya dalam kunjungannya yang ke tiga Tim BI juga disuguhkan dengan koperasi yang jika ditotal anggotanya sampai dengan 10.000 orang. Hal tersebut karena proses pembuatan bulu mata tersebut sistemnya adalah Cluster yang berada di beberapa tempat. dalam obrolan tersebut pengurus koperasi yang diwakili oleh Trisno menyampaikan bahwa koperasi tersebut adalah baru akan tetapi pelaku usahanya sudah lama, untuk pemasarannya sendiri sudah sampai ke luar negeri, kendala yang dihadapi saat ini adalah harga bahan baku yang tidak setabil dan masih impor.

Bulu Mata Palsu Kelompok Usaha Puma Bangga

Dari kunjungan tersebut menuai hasil yang sangat positif dan harapan dari kelompok usaha yang sangat besar untuk adanya tindak lanjut. Tim BI Purwokerto sendiri menyampaikan ke kelompok usaha bahwa hasil dari kunjungan akan menjadi bahan rapat, Adapun tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah tetap menunggu hasil dari rapat. Kesimpulannya bahwa ketiga kelompok tersebut adalah produk yang sangat potensi untuk dikembangkan karena permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri sangat besar selain itu juga memiliki berdampak ekonomi yang luar biasa karena dapat menyerap tenaga kerja sampai dengan puluhan ribu, fasilitasi sangan dibutuhkan sebagai salah satu aspek peningkatan produkusi dalam usaha tersebut.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Dunia Usahaku

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca